Buletin Remaja Takmir Al-Hurriyah

Friday, January 2, 2009

BAHAYA ZIONISME

Zionisme berasal dari Zion iaitu sebuah bukit di sekitar Baitul Maqdis yang membawa maksud bumi yang dijanjikan atau tanah suci yang diidamkan oleh setiap orang Yahudi.
Istilah Zionisme masih diperselisihkan di kalangan mereka sendiri. Theodore Hertzl melihat, Zionisme adalah fahaman untuk kembali kepada kehidupan Yahudi sebelum kembali ke bukit Zion manakala Neo-Zionisme berpendapat bahawa ini tidak berkatian dengan keimanan tapi ia adlah masalah ke bukit Zion secara nyata. Dalam pandangan ini yang disebut Zionis adalah orang Yahudi yang benar-benar kembali ke Palestin. Pandangan inilah yang dikukuhkan oleh Goldameir dengan ucapannya; setelah berdirinya negara zionis, seorang zionis sejati adalah Yahudi yang mahu berpindah secepatnya ke negara zionis tersebut!

Gerakan Zionis lahir bercorak keagamaan di tangan tokoh agama mereka ketika menjadi tawanan Babylon. Tokoh-tokoh Yahudi ini membuat catatan dan komentar mengenai Kitab Taurat dengan membesarkan permasalah untuk kembali ke bukit Zion di Jerussalem. Merekalah yang menganjurkan agar orang-orang Yahudi kembali ke Palestin!

Pada abad ke 19M, gerakan Zionisme mulai berubah coraknya menjadi gerakan politik, bertujuan mendirikan negara Yahudi di mana sahaja! Sebagai bukti, mereka menerima prinsip pendirian negara Yahudi di Uganda. Namun kerana konsep kembali ke Palestin termasuk pemikiran keagamaan yang diterima oleh orang-orang yahudi terdahulu, maka ia dijadikan warna dan kulit bagi zionisme.

Gerakan Zionisme yang baru ini muncul secara rasmi pada tahun 1882M, setelah terbunuhnya Kaisar Rusia Alexander II di tahun 1881. Pembunuhan ini ditaja oleh Yahudi. Akibatnya Yahudi di Rusia ditindas sehinga mereka melarikan diri ke Eropah dan Amerika dan seramai 3000 Yahudi berpindah ke Palestin.

Gerakan ini berusaha menghimpunkan orang-orang Yahudi sedunia. Setiap anggota dimestikan membayar sebanyak stu real Mesir (lebih kurang 10sen) sebagai formaliti menjadi anggota. Gerakan inilah yang aktif mengadakan konferens untuk menwujudkan cita-cita Yahudi kembali ke Palestin.

Pada 29hb Ogos 1898 diadakan konferensi zionis pertama di kota Paal Swiss, dihadiri 200 tokoh Yahudi. Di antara keputusan penting konferens pertama itu ialah;
1. Mendorong pendududkan Yahudi di Palestin dengan cara yang tersusun.
2. Menyusun gerakan Yahudi seluruh dunia.
3. Membangkitkan kesedran Yahudi.
4. Mengusahakan pendekatan ke berbagai negara untuk mendukung tujuan gerakan Zioisme.

TUJUAN ZIONISME
Zionisme merupakan gerakan jahat dan perosak yang bertujuan menguasai dunia dan menghancurkan semua nilai selain Yahudi. Bagi mencapai tujuan tersebut, mereka menetapkan tiga langkah:
1. Mendirikan negara Yahudi di Palestin.
2. Memberikan khidmat kepada Yahudi Internasional.
3. Menjadikan dunia dalam genggaman Yahudi.

Wasilah-wasilah yang dipergunakan bagi menguasai dunia sebagaimana yang terangkul di dalam Protokol Zionis:
1. Menguasai ekonomi dunia dengan cara yang amat hina dan kasar.
2. Menyusup ke dalam sistem pemerintahan dan menciptakan pemerintahan-pemerintahan yang loyal terhadap mereka dan boleh diperalatkan untuk merealisasikan tujuan mereka.
3. Menghancurkan agama-agama lain dan menyebarluaskan teori-teori atheisme
4. Penguasaan media massa international dan penerbitan-penerbitan.
5. Menggunakan organisasi-organisasi rahsia seperti Free Masonry.
6. Menyebarkan perpecahan dan mengobarkan peperangan antara bangsa-bangsa di dunia.
7. Mempropagandakan slogan-slogan yang memikat tapi penuh tipuan seperti slogan; Kebebasan, Persaudaraan dan Persamaan.
8. Mempropagandakan anti semetisme.
9. Menguasai lembaga-lembaga pendidikan tinggi.

Perlu sedar, tujuan zionisme bukan sekadar menguasai Palestin sahaja tetapi akan meluas sampai se seluruh negara Arab yang terbentang dari Sungai Nil hingga ke Sungai Furat. Yahudi adalah bangsa yang selalu merencanakan programnya untuk mencapai sasaran dan tujuan jahatnya. Mereka tidak bergerak kecuali atas dasar perancangan dan programnya. Mereka tidak segan silu menggunakan apa saja cara demi mencapai apa yang diinginkan.

Ayuhlah umat Islam! Hadapi mereka dengan persiapan perancangan, kepakaran dan ilmu yang padu. Hanya satu cara berhadapan dengan mereka iaitu JIHAD. tidak diperbolehkan mengadakan perjanjian damai dengan zionisme setelah Nabi Muhammad membatalkan perjanjian dengan mereka kerana mereka sentiasa merosakkanperjanjian.

Kerjasama dan perjuangan mereka yang dimotivasi oleh agama dan kitab Talmud tidak cukup dihadapi dengan Arabisme, nasionalisme atau isme-isme lainnya. Mereka harus dihadapi dengan JIHAD dan UKHUWAH yang dimotivasikan oleh agama Islam.

Sejarah Singkat Zionisme

Setelah orang-orang Yahudi terusir dari Yerusalem pada tahun 70 M, mereka mulai tersebar di berbagai belahan dunia. Selama masa ‘diaspora’ ini, yang berakhir hingga abad ke-19, mayoritas masyarakat Yahudi menganggap diri mereka sebagai sebuah kelompok masyarakat yang didasarkan atas kesamaan agama mereka. Sepanjang perjalanan waktu, sebagian besar orang Yahudi membaur dengan budaya setempat, di negara di mana mereka tinggal. Bahasa Hebrew hanya tertinggal sebagai bahasa suci yang digunakan dalam berdoa, sembahyang dan kitab-kitab agama mereka. Masyarakat Yahudi di Jerman mulai berbicara dalam bahasa Jerman, yang di Inggris berbicara dengan bahasa Inggris. Ketika sejumlah larangan dalam hal kemasyarakatan yang berlaku bagi kaum Yahudi di negara-negara Eropa dihapuskan di abad ke-19, melalui emansipasi, masyarakat Yahudi mulai berasimilasi dengan kelompok masyarakat di mana mereka tinggal. Mayoritas orang Yahudi menganggap diri mereka sebagai sebuah ‘kelompok agamis’ dan bukan sebagai sebuah ‘ras’ atau ‘bangsa’. Mereka menganggap diri mereka sebagai masyarakat atau orang ‘Jerman Yahudi’, ‘Inggris Yahudi, atau ‘Amerika Yahudi’.

Namun, sebagaimana kita pahami, rasisme bangkit di abad ke-19. Gagasan rasis, terutama akibat pengaruh teori evolusi Darwin, tumbuh sangat subur dan mendapatkan banyak pendukung di kalangan masyarakat Barat. Zionisme muncul akibat pengaruh kuat badai rasisme yang melanda sejumlah kalangan masyarakat Yahudi.

Kalangan Yahudi yang menyebarluaskan gagasan Zionisme adalah mereka yang memiliki keyakinan agama sangat lemah. Mereka melihat “Yahudi” sebagai nama sebuah ras, dan bukan sebagai sebuah kelompok masyarakat yang didasarkan atas suatu keyakinan agama. Mereka mengemukakan bahwa Yahudi adalah ras tersendiri yang terpisah dari bangsa-bangsa Eropa, sehingga mustahil bagi mereka untuk hidup bersama, dan oleh karenanya, mereka perlu mendirikan tanah air mereka sendiri. Orang-orang ini tidak mendasarkan diri pada pemikiran agama ketika memutuskan wilayah mana yang akan digunakan untuk mendirikan negara tersebut. Theodor Herzl, bapak pendiri Zionisme, pernah mengusulkan Uganda, dan rencananya ini dikenal dengan nama ‘Uganda Plan’. Kaum Zionis kemudian menjatuhkan pilihan mereka pada Palestina. Alasannya adalah Palestina dianggap sebagai ‘tanah air bersejarah bangsa Yahudi’, dan bukan karena nilai relijius wilayah tersebut bagi mereka.

Para pengikut Zionis berusaha keras untuk menjadikan orang-orang Yahudi lain mau menerima gagasan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama mereka ini. Organisasi Yahudi Dunia, yang didirikan untuk melakukan propaganda masal, melakukan kegiatannya di negara-negara di mana terdapat masyarakat Yahudi. Mereka mulai menyebarkan gagasan bahwa orang-orang Yahudi tidak dapat hidup secara damai dengan bangsa-bangsa lain dan bahwa mereka adalah suatu ‘ras’ tersendiri; dan dengan alasan ini mereka harus pindah dan bermukim di Palestina. Sejumlah besar masyarakat Yahudi saat itu mengabaikan seruan ini.

Dengan demikian, Zionisme telah memasuki ajang politik dunia sebagai sebuah ideologi rasis yang meyakini bahwa masyarakat Yahudi tidak seharusnya hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. Di satu sisi, gagasan keliru ini memunculkan beragam masalah serius dan tekanan terhadap masyarakat Yahudi yang hidupnya tersebar di seluruh dunia. Di sisi lain, bagi masyarakat Muslim di Timur Tengah, hal ini memunculkan kebijakan penjajahan dan pencaplokan wilayah oleh Israel, pertumpahan darah, kematian, kemiskinan dan teror.

Banyak kalangan Yahudi saat ini yang mengecam ideologi Zionisme. Rabbi Hirsch, salah seorang tokoh agamawan Yahudi terkemuka, mengatakan:

‘Zionisme berkeinginan untuk mendefinisikan masyarakat Yahudi sebagai sebuah bangsa .... ini adalah sesuatu yang menyimpang (dari ajaran agama)’. (Washington Post, 3 Oktober 1978)

Seorang pemikir terkemuka, Roger Garaudy, menulis tentang masalah ini:

Musuh terbesar bagi agama Yahudi adalah cara berpikir nasionalis, rasis dan kolonialis dari Zionisme, yang lahir di tengah-tengah (kebangkitan) nasionalisme, rasisme dan kolonialisme Eropa abad ke-19. Cara berpikir ini, yang mengilhami semua kolonialisme Barat dan semua peperangannya melawan nasionalisme lain, adalah cara berpikir bunuh diri. Tidak ada masa depan atau keamanan bagi Israel dan tidak ada perdamaian di Timur Tengah kecuali jika Israel telah mengalami “de-Zionisasi” dan kembali pada agama Ibrahim, yang merupakan warisan spiritual, persaudaraan dan milik bersama dari tiga agama wahyu: Yahudi, Nasrani dan Islam. (Roger Garaudy, "Right to Reply: Reply to the Media Lynching of Abbe Pierre and Roger Garaudy", Samizdat, Juni 1996)

Dengan alasan ini, kita hendaknya membedakan Yahudi dengan Zionisme. Tidak setiap orang Yahudi di dunia ini adalah seorang Zionis. Kaum Zionis tulen adalah minoritas di dunia Yahudi. Selain itu, terdapat sejumlah besar orang Yahudi yang menentang tindakan kriminal Zionisme yang melanggar norma kemanusiaan. Mereka menginginkan Israel menarik diri secara serentak dari semua wilayah yang didudukinya, dan mengatakan bahwa Israel harus menjadi sebuah negara bebas di mana semua ras dan masyarakat dapat hidup bersama dan mendapatkan perlakuan yang sama, dan bukan sebagai ‘negara Yahudi’ rasis.

Kaum Muslimin telah bersikap benar dalam menentang Israel dan Zionisme. Tapi, mereka juga harus memahami dan ingat bahwa permasalahan utama bukanlah terletak pada orang Yahudi, tapi pada Zionisme.

No comments:

Post a Comment